Musim Gugur

Musim gugur.

Apakah semua pohon akan seperti terbakar?
Apakah jalanan akan terkotori daun maple?
Apakah sesendu Autumn in Paris karya Ilana Tan?
Apakah…
Apakah…

Ya. Saya penasaran musim gugur seperti apa.

Akhirnya saya bisa menikmatinya. Meski harus 2 hari perjalanan pergi dan pulang, namun rasanya terbayarkan dengan pertanyaan-pertanyaan saya yang terjawab satu per satu.

Bagi manusia tropis seperti saya, ternyata musim gugur lebih baik untuk bergulung selimut di atas kasur lalu menyalakan penghangat. Cuaca di luar tak seberapa ramah. Belum lagi hembusan angin yang tidak menyejukkan, tetapi membekukan.

Saya belajar banyak bersama musim gugur. Belajar tentang hal-hal teknis di pekerjaan. Belajar tentang budaya kerja orang-orang asing. Juga belajar tentang kerelaan daun yang dengan mudahnya patah. Ia tidak patah sia-sia, melainkan dengan suatu tujuan.

Satu-satunya hal yang saya sesali di bulan ini adalah saya begitu dekat dengan Polaris, tetapi saya tidak bisa melihatnya. Langit terlalu mendung untuk menampakkan bintang yang selalu ada, yang tak pernah terbit dan tenggelam. Mungkin tidak sekarang. Mungkin suatu saat nanti, dan tidak di musim gugur.

Dan momen pertambahan usia menjadi pertanda bahwa saya berhasil melewati satu tahun yang lain. Meskipun dengan naik turunnya, dengan suka dukanya, dengan segala hal yang luar biasa. Biarkan saya menuliskan momen-momen baru, merasakan pembelajaran baru, dan mungkin menemukan sesuatu yang baru.

Bulan ini saya mulai, isi, dan akhiri dengan suka cita.

November, 2019.

Leave a comment